Rabu, 17 April 2013

My Babysitter My Love~ [2shoots]

29 Mar
My Babysitter, My Love
Author : chamarsha89
Rating : R [Edited Version]
Genre : Romance
Type : 2 shots
Cast : Choi Siwon, Im Yoona
Other Cast : Yoogeun, Seo Joo Hyun, Sunny
Lol~ After so long, finally i posted this FF..i wrote it 2 months ago and only hv courage to post it now..XD
thanks for reading awesome readers! and please leave your comment.. if you like it i’ll manage to continue the story..LOL! i dunno what to do since i still hv 3 titles ongoing FF within my busy day..so enjoy~
——————————————————————————————–
Chapter  1/2
——————————————————————————————–

“Appa!”
“Appa?”
“Eh..Mwo?”
PLAKK~
Siwon menggandeng Yoogeun dengan tangan kirinya sambil berjalan menuju dapur sementara tangan kanannya mengusap-usap pipi kirinya yang baru saja menjadi landasan tamparan seorang Yeoja yang meninggalkannya pergi begitu saja setelahnya.
Kalau kalian masih bingung, begini ceritanya. Siwon sedang asik bermesraan dengan seorang yeoja diruang tamu apartemennya ketika tanpa disadarinya Yoogeun bangun dari tidur siangnya dan keluar dari kamarnya yang lupa dikunci oleh Siwon. Suara pertama adalah Yoogeun yang memanggil appanya, suara kedua datang dari yeoja yang sama sekali tidak tau bahwa namja yang barusan dicumbuinya sudah memiliki anak berusia 5 tahun dan suara yang ketiga datang dari Siwon yang terkejut karena ia tidak menyangka bahwa Yoogeun sudah bangun dan baru saja merusak kencan nya di siang hari bolong. dan ‘PLAKK~’ kalian pasti tau suara apa itu.
“Yoogeun-ah, kenapa kau sudah bangun?” Siwon mendudukkan bocah laki-laki itu diatas meja makan lalu mendekatkan wajah mungilnya ke wajahnya sendiri.
“Aku lapar..” Jawab Yoogeun polos.
“Arra..arra.. Appa akan buatkan susu ya..” Dengan sigap Siwon menyiapkan semua perlengkapan membuat susu, botol susu, air, susu bubuk, dan dalam waktu kurang dari lima menit VOILA~ ready to served..
“Yoogeun-ah, apa kau tidak ingin memiliki umma baru?” Tanya Siwon bersandar di meja dapur sementara Yoogeun sedang sibuk dengan botol susunya.
“Mau..” Jawab Yoogeun tiba-tiba, membuat Siwon tersenyum penuh kemenangan kembali menghampiri bocah mungil itu.
“Deal! Besok ku kenalkan kau pada Sunny ya..” Siwon mengambil keputusan dan dengan segera meraih ponselnya untuk menelepon.
“Tapi aku tidak mau Ahjumma itu!” Yoogeun berkata santai sambil kembali meminum susunya bersemangat membuat Siwon menurunkan kembali ponsel yang sudah tertempel ditelinga kirinya bersamaan dengan memudarnya senyum kemenangan itu.
“Ya Choi Yoogeun!” Siwon mencubit hidung bocah itu dengan gemas “Siapa yang kau panggil Ahjumma hah?”
“Ahjumma yang baru saja pergi itu kan..Aku tidak suka..” Jawab Yoogeun ketus.
“Ckck..Lalu siapa yang kau suka hah?” Tantang Siwon, Yoogeun melepaskan botol susu itu dari mulutnya lalu menopang dagu dengan tangan kanannya sambil berpikir.
“Hmm..aku mau Jessica SNSD noona!” Yoogeun tersenyum genit.
“Aishh..kau ini! Darimana kau belajar berpikir seperti itu hah?” Siwon mendaratkan jitakan pelan dikepalanya
“Dari appa..” Yoogeun menunjuk dengan jari telunjuknya tepat di hidung Siwon.
“Aku?” Siwon ikut mengarahkan jari telunjuknya sendiri dengan heran.
“Ya! Bocah nakal!” Gerutu Siwon sambil meraih kembali ponselnya yang baru saja memperdengarkan nada dering ‘BONAMANA’ dengan kencang sebagai penanda adanya panggilan masuk.
“Yeoboseyo..umma?” Siwon terkejut menerima telepon dari ummanya tiba-tiba, tidak biasanya.
“MWO? BABYSITTER?” Suara Siwon mengeras sama sekali tidak menduga arah pembicaraan ummanya itu.
“Yoogeun bilang pada umma, kau tidak becus menjaganya. Kerjaanmu hanya main wanita saja! Appa macam apa kau ini?” Omel sang umma
“Tapi umma..aku..”
“Tidak ada tapi! Kalau kau tidak mau mempekerjakan babysitter, Umma akan mengambil Yoogeun dan merawatnya sendiri.”
“Umma..” Siwon berusaha membantah, walaupun sebenarnya dia belum siap untuk menjadi seorang appa di usia muda tapi kebersamaannya dengan Yoogeun selama ini tidak dapat dipungkiri telah membuatnya sangat menyayangi bocah itu. Siwon tidak siap jika harus berpisah dengannya.
“Kau terima saja, aku sudah mencarikan yang terbaik dan dia akan tiba di apartemenmu kurang lebih… sekarang.”
KLIK~ Umma memutuskan sambungan telepon yang diikuti bunyi berikutnya DING~ DONG~
Siwon menatap ponselnya tidak percaya, baru saja dikatakan aka nada babysitter yang datang, tapi bagaimana mungkin waktunya bisa setepat ini?
Ding~ Dong~
Bunyi itu membuyarkan lamunan Siwon yang langsung bergegas keluar dari dapur untuk membuka pintu diikuti tatapan nakal Yoogeun.
“Aku mengambil botol susu..” Kata seseorang yang sama sekali tidak diharapkan kedatangannya.
Siwon menghela nafasnya perlahan. “Umma pasti cuma mempermainkanku saja, ini tidak mungkin betulan” Pikirnya sambil mengeluarkan botol susu kosong dan memberikannya pada orang yang sedang menunggu diluar apartemennya.
“Ini..gomawo..” Jawab Siwon “Ah, besok tambahkan dua botol lagi ya..”
“Ne, annyeonghasibnika..” Orang itu membungkuk lalu pergi.
BLAM~ Siwon menutup pintunya perlahan ketika dalam hitungan waktu beberapa detik kemudian, bel apartemennya kembali bergaung.
Dengan kesal Siwon membukanya hendak memaki tukang susu itu karena sudah mengganggu ketenangannya ketika ia melihat orang yang sama sekali bertolak belakang dengan tukang susu yang jelek tadi sedang berdiri dengan anggun didepan pintu apartemennya.
“Eh..” Cuma itu suara yang bisa keluar dari mulut Siwon yang menganga lebar dengan mata membelalak.
“Annyeonghaseyo..” Orang itu membungkuk sopan, suaranya yang merdu bagaikan musik yang indah bermain ditelinga Siwon yang masih belum sepenuhnya sadar.
“Kau..” Lagi-lagi tidak ada kata-kata yang dapat diucapkan Siwon sementara orang itu tersenyum sangat manis membuat Siwon kembali terhipnotis lalu melenggang masuk ke dalam apartemen itu meninggalkan Siwon masih mematung dengan tangan menggenggam gagang pintu dan kepala yang menoleh mengikuti orang itu berjalan.
“Yoogeun-ah..” Yeoja itu tersenyum manis kearah Yoogeun yang ternyata sudah menyusul ke ruang tamu.
“NOONAAAA!!” Yoogeung berteriak gembira dan segera berlari menghampiri yeoja itu
“Aigoo..” Yeoja itu mengacak pelan rambut Yoogeun yang baru saja memeluknya atau lebih tepatnya menabraknya hingga hampir terjatuh saking kegirangan.
“Eh..jamkkaman..” Siwon tiba-tiba tersadar dari lamunannya dan ia menemukan hal yang janggal sedang terjadi dirumahnya, didepan matanya.
“Ah..jeosonghabnika..” Yeoja itu berdiri melepaskan pelukan Yoogeun yang kini berdiri disebelahnya memeluk kakinya dan kemudian membungkuk member penghormatan. “Im Yoona imnida.. aku guru part time di sekolah Yoogeun.” Ia memperkenalkan diri.
“Kau? Guru? Tapi..eh?” Siwon mengatakan kata-kata yang tidak ada hubungannya sama sekali saking herannya, ia menatap tubuh yeoja itu dari atas kepala hingga ujung kaki. Terperangah, lalu terdiam dan menelan ludah.
Yeoja itu sangat cantik, bahkan mengalahkan yeojachingunya, Sunny. Hanya saja tubuh Sunny lebih berisi dibanding yeoja kurus didepan matanya ini. Tapi tetap saja Siwon tidak dapat mengabaikan pesona orang ini.
“Appa.. ini..guruku, babysitterku mulai hari ini, dan adalah yeojachinguku!” Yoogeun kini berdiri didepan yeoja itu sambil bertolak pinggang dengan dagu terangkat.
“Ya ya ya!” Siwon sekali lagi mencium adanya kejanggalan “Apa maksudmu bocah nakal?” Ia menghampiri Yoogeun dan berjongkok didepannya. Tanpa ia sadari itu justru membuatnya berada dalam posisi dapat melihat dengan jelas kaki jenjang dan indah milik Yoona yang hanya terbalut celana pendek putih. Kaki itu, sangat menggoda.
Siwon menggelengkan kepalanya lalu menggendong Yoogeun duduk di sofa, kemudian mempersilahkan Yoona duduk.
“Tuan Choi, saya diminta Nyonya Choi untuk membantu anda mengurus Yoogeun..” Jelas Yoona dengan senyum manisnya.
“Hajiman, kau ini?” Siwon kembali memandanginya tidak percaya. “Berapa usiamu?”
“Aku? tahun ini 21” Jawab Yoona tegas
“21 tahun dan ingin bekerja menjadi babysitter? jadi guru TK pula, memang kau tidak kuliah? atau sekolah?” Selidik Siwon. Sebenarnya ia tidak perlu dan tidak ingin mengetahui hal ini, hanya saja ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia harus dibantu oleh babysitter untuk mengurus anaknya sendiri. Atau lebih tepatnya, ia akan merasa terganggu saat membawa teman-teman wanitanya pulang ke rumah.
“Apa ada batasan usia untuk melakukan suatu hal?” Tanya Yoona
“Eh.. tidak..tapi..tentu saja ada.” Siwon tiba-tiba berkeras “Aku tidak ingin kau bekerja disini tapi tidak serius, karena harus membagi-bagi pikiranmu ke pekerjaanmu yang lainnya. Bagaimana nasib Yoogeun nanti?” Siwon mencari alasan
“Don’t worry, I’ll do my best. Aku bisa membagi waktu dan kujamin aku tidak akan mengecewakanmu.” Yoona tersenyum mantap.
“Hajiman..” Siwon masih berusaha menolak
“Appa!” Yoogeun yang sedari tadi diam kini angkat bicara. “Aku mau Yoona Noona menjagaku, appa terlalu sibuk, aku tidak punya teman.” Yoogeun menunduk dengan cemberut, pipinya menggembung sementara kedua tangannya mencengkram lutut kakinya.
“Ya! Choi Yoogeun, kau memanggil dia Noona sementara Sunny kau panggil Ahjuma padahal usia mereka sama? Ada apa denganmu?” Siwon mulai kesal dengan tingkah bocah ini.
“Aku tidak suka ahjumma, aku mau noona!” Yoogeun berteriak lalu pergi meninggalkan Siwon dan Yoona berdua disana.
“Ahjussi, biarkan aku menjaganya. Aku jamin aku akan menjaganya dengan baik.” Pinta Yoona
“Kenapa kau begitu menginginkan pekerjaan ini?”
Yoona menunduk, jari-jarinya meremas lututnya seperti yang barusan dilakukan Yoogeun. Untuk pertama kalinya Siwon merasa ada sesuatu yang mirip antara yeoja ini dan anaknya.
“Aku.. butuh uang..” Yoona menjawab pelan, tapi cukup untuk didengar Siwon dan membuatnya menerima keberadaan Yoona tanpa membantahnya lagi.

Yoona POV
Sudah sepuluh hari aku bekerja sebagai babysitter dirumah keluarga Choi, pekerjaanku adalah menjaga satu-satunya putra kecil tuan Choi yang kekurangan perhatian karena pada dasarnya Siwon memang belum siap memiliki anak, ia masih muda dan masih memiliki hasrat bersenang-senang yang tinggi. Untungnya, Yoogeun sangat menyukai ku, ia menganggapku sebagai noona nya sendiri yang memberikannya kasih sayang. Aku tidak tinggal dirumah itu, Aku hanya datang menjemput Yoogeun pergi ke sekolah, mengantarnya pulang lalu menemaninya hingga Siwon pulang entah dari mana karena Siwon memang tidak bekerja, sepertinya hari-harinya dihabiskan untuk bersenang-senang.  Darimana mereka mendapatkan uang untuk membiayai hidup? Untunglah orangtua Siwon cukup kaya untuk membiayai kehidupan keturunannya hingga generasi ke 13.
Siang itu aku datang untuk mengambil makan siang Yoogeun yang ketinggalan sementara Yoogeun masih berada disekolah. Aku membuka pintu apartemen itu dengan kunci serep yang memang ku miliki, Aku tidak mempersiapkan diri karena aku memang tidak menyangka bahwa Siwon ada dirumah saat itu. Namun, kali ini aku dikejutkan oleh fakta bahwa Siwon sedang berada dirumah, tidak sendirian.
“Hmhmm..mpphhhh..” Aku mendengar suara desah tertahan itu terdengar memenuhi seisi ruang tamu apartemen.
Aku berdiri mematung didepan pintu, menatap lurus kearah sepasang sejoli sedang asyik bercengkrama diatas sofa besar berwarna hitam. Si Namja yang tidak lain adalah Siwon sedang membungkuk diatas tubuh si yeoja yang terbaring di sofa, tidak terlihat jelas wajahnya. Namun sebagian besar pakaiannya sudah terbuka.
Mereka asik bercumbu dihiasi desahan tertahan diantara keduanya. Aku tidak bisa bergerak dan tidak bisa memutuskan akan melakukan apa, hanya berdiri diam disana selama beberapa menit kedepan menyaksikan pemandangan yang tidak seharusnya kulihat. Aku tau aku tidak pantas, tapi entah mengapa dadaku terasa sesak melihat Siwon melakukah hal itu.
Aku menelan ludah, mengapa aku harus menyaksikan ini? Aku lalu memandangi tubuhku sendiri, dibandingkan dengan yeoja itu aku tidak ada apa-apanya. Aku akhirnya mendapatkan kembali kesadaranku. Aku baru saja hendak mengambil langkah berbalik untuk keluar dari sana ketika tiba-tiba saja lagu “Run Devil Run” menggema begitu kencangnya membuat langkahku kembali terhenti. Ponselku berbunyi.
Siwon POV
Aku sedang asik menikmati petualanganku di payudara indah milik yeojachinguku ketika ia memaksaku untuk melepaskannya karena ia ingin membuka kaos yang kukenakan. Dengan enggan aku menuruti perintahnya. Apartemenku sunyi, hanya ada suara desahan kami berdua yang memenuhi ruangan ketika tiba-tiba sebuah suara, atau lagu, aku tidak tau apa menggema begitu kencang membuat kami terdiam. Aku menatap Sunny dengan pandangan bertanya “apa itu ponselmu?” yang hanya dijawab Sunny dengan menggeleng, lalu kusadari bahwa asal suara itu dari belakangku, pintu masuk apartemen.
Aku menoleh kebingungan dan mendapati seorang yeoja berdiri disana, membelakangiku. Ponselnya masih berbunyi tapi ia seperti tidak berniat untuk mengangkatnya.
“Yoona-ssi?” aku berdiri, perlahan mendekati yeoja itu yang kukira adalah Yoona. Tidak ada jawaban.
“Yoona-ssi??” Aku mengulangi saat aku sudah berada dekat dengannya, kuulurkan tanganku untuk menyentuh pundaknya dan tiba-tiba ia berbalik.
“Jeosonghabnika..jeongmal..jeosonghabnika..” Ia berulang-ulang minta maaf sambil membungkuk tanpa sekalipun menatapku.
“Eh..” Aku tidak tau harus mengatakan apa dan mengapa ia minta maaf, tapi aku terganggu dengan bunyi ponselnya yang sangat keras itu. Memangnya dia tuli atau apa? sampai harus memasang nada dering dengan volume yang sepertinya sudah maksimal itu. “Itu.. ponselmu..” Aku menunjuk saku jaketnya.
“Eh? Ne?” Ia berhenti minta maaf dan akhirnya memandangku, tapi justru wajahnya memerah saat melihatku. Ah babo! Aku tidak berpakaian.
Aku berbalik dengan cepat lalu meraih tshirtku yang tergeletak di karpet lalu mengenakannya, kudengar ia menjawab teleponnya.
“Eh ne.. seonssangnim?”
Diam sejenak, aku kembali menghampirinya setelah berpakaian.
“MWORAGO? Yoogeun?!” Suaranya terdengar terkejut, mau tidak mau aku juga terkejut mendengar nama anakku disebut dengan nada bicara seperti itu. Pasti terjadi sesuatu.
“Ne.. aelgeshimnida seonssangnim.” Yoona terlihat kalut, lalu bergegas keluar.
Tanpa sadar aku berlari mengejarnya meninggalkan Sunny masih dalam keadaan setengah telanjang di ruang tamuku.
“Yoona-ssi, biar aku mengantarmu.” Aku menarik tangannya, kami berlari kea rah lokasi parkir apartemen menuju mobil sport kesayanganku.

Yoona turun terlebih dahulu saat kami tiba di sekolah Yoogeun, sementara aku harus memarkirkan mobilku. Selama perjalanan kami tidak saling bicara apapun, Yoona terlihat sangat cemas, dan aku juga tapi aku tidak berani melontarkan pertanyaan pada Yoona.
Aku berlari memasuki sekolah dan betapa terkejutnya aku melihat Yoogeun sedang bermain dengan gembira bersama teman-temannya. Sepertinya tidak ada yang terjadi. Aku mencari-cari Yoona dan mendapati dirinya sedang bicara dengan Seo seonssangnim. Aku menghampiri mereka.
“Ah, Tuan Choi, ini Seo Joo Hyun seonssangnim..” Ia memperkenalkanku pada guru Yoogeun. “Seo sseonsangnim, ini Tuan Choi, ayah Yoogeun.”
“Annyeonghaseyo..bangapsumnida..” Kami sama-sama saling membungkuk
“Yoona-ssi, ada apa sebenarnya dengan Yoogeun?”
“Ah..tadi Yoogeun sempat berkelahi dengan temannya..” Yoona menjelaskan. “Jeosonghabnika, Tuan Choi, aku yang terlalu panik sampai tidak mendengarkan penjelasan Seo seonssangnim selanjutnya bahwa sekarang semuanya sudah baik-baik saja.” Yoona menunduk.
“Apa? Hanya berkelahi saja dan dia sepanik ini? Hey anakku kan laki-laki, jadi itu wajar.” Aku menggerutu dalam hati. “Membuatku panik saja.” Aku menghela nafas dan bertolak pinggang mencari-cari keberadaan anakku.
Yoona masih terus menunduk merasa bersalah, aku merasa tidak enak juga. Aku tau dia berlebihan, tapi aku juga tidak ingin melihat ekspresinya seperti ini. Entah sejak kapan, aku selalu menyukai senyumannya. “Aishh.. apa yang kupikirkan! ASTAGA! SUNNY?!” Batinku menjerit, aku melupakan Sunny dan membiarkannya sendirian dirumahku? Dan ini semua gara-gara si bocah Yoogeun.
Aku menghampiri bocah itu dan memarahinya, sebenarnya aku juga ingin memarahi babysitter ku yang satu ini, tapi aku tidak tega. Atau, aku tidak sanggup?
“Tuan Choi, jeosonghabnika.. jeongma..” Kulihat Yoona menghampiri kami dan memeluk Yoogeun yang sudah hampir menangis.
“Jangan memanjakannya..” Ucapku, bocah ini malah justru menangis saat Yoona memeluknya.
“Mianhae Siwon oppa.. Jeongmal.. ini salahku, aku yang salah. Jangan marahi Yoogeun lagi..” Yoona mendekapnya semakin erat.
Aku tertegun mendengar perkataannya barusan. Ia memanggilku oppa? Siwon oppa? Apa yang ada dalam pikirannya? Tapi aku tidak keberatan, justru aku senang. Panggilan itu membuat kami menjadi lebih akrab.
“Arra.. ayo pulang.” Aku menarik Yoogeun yang menangis semakin histeris, sementara Yoona berdiri disana dalam diam.
“Kenapa diam saja?” Tegurku “Kau ikut kami..”

Setelah mengantar Yoona dan Yoogeun pulang ke apartemenku, aku pergi mencari Sunny. Tapi aku tidak menemukannya dimanapun, ponselnya juga tidak dapat dihubungi. Sepertinya dia marah.
Aku memutuskan pergi ke gym untuk melakukan olahraga. Biasanya olahraga selalu membuat pikiranku tenang. Tapi tidak demikian kali ini, apapun yang kulakukan justru membuatku semakin mengingat jelas ekspresi sedih yang terpancar di wajah Yoona. Aku belum melihat senyumnya lagi sejak tadi. Dan entah bagaimana, namun bagian kecil di hatiku memaksaku untuk berusaha membuatnya tersenyum lagi.
Aku mengabaikan dorongan itu dan terus berolahraga menguras semua tenagaku.
Aku pulang kerumah pukul 11 malam. Seharusnya Yoona sudah pulang, sehingga aku tidak lagi perlu melihat wajahnya. Namun ada bagian diriku yang juga ingin bertemu lagi dengannya. Aku membuka pintu apartemenku, meletakkan tas fitness ku di samping rak sepatu dan disana aku melihat, di ruang tamuku. Yoogeun tertidur pulas, dalam pelukan Yoona.
Jantungku berdebar kencang, aku memberanikan diri menghampiri mereka. Yoogeun terlihat begitu nyenyak, namun pandanganku tidak bisa teralihkan dari wajah cantik Yoona. Mau tidak mau aku tersenyum, bahkan dalam tidurpun ia terlihat begitu sempurna. Aku mengambil Yoogeun dari pelukannya, menggendongnya ke kamar.  Setelah memastikan Yoogeun tertidur pulas, aku kembali ke ruang tamu dan melihat Yoona masih tertidur disana. Aku duduk disebelahnya, bermaksud menunggunya bangun karena aku tidak tega membangunkannya. Aku meminum beberapa kaleng bir yang kuambil dari kulkas setelah mengantar Yoogeun ke kamar sambil terus menatap yeoja cantik ini. Entah sejak kapan aku tidak menyadari bahwa aku menjadi semakin sering memerhatikannya. Setiap detil wajahnya terkukir jelas dalam ingatanku. Aku terseyum memikirkan kebodohanku. Mana mungkin aku menyukainya, pasti aku sudah terlalu banyak minum bir.
Ia masih belum juga bangun dan malam sudah larut, ia tidak mungkin lagi pulang ke rumah dan aku juga tidak tau dimana rumahnya. Aku memutuskan membiarkannya menginap disini, tapi aku juga tidak mungkin membiarkannya tidur di ruang tamu, dia bisa masuk angin. Aku menggendong tubuh ringannya dan memindahkannya ke kamar tamu. Kubaringkan dia diatas ranjang dan menyelimutinya perlahan. Tanpa kusadari tanganku bergerak membelai rambutnya yang panjang dan tersenyum.

Yoona POV
Aku terbangun lagi pukul 3 pagi. Sudah setahun belakangan ini aku mengalami kesulitan tidur. Setiap pagi aku pasti terbangun mengingat kejadian buruk yang terjadi tahun lalu, saat mantan namjachinguku mengkhianatiku dan pergi begitu saja meninggalkanku tanpa alasan.
Aku membuka mata dan terkejut karena tidak mengenali tempat ku berada saat ini. Aku terbaring disebuah kamar, tapi ini bukan kamarku. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, menoleh ke kanan dan ke kiri hingga kusadari bahwa ini adalah rumah Tuan Choi.
“Aku pasti tertidur tadi. Babo!” Aku mengutuki diriku sendiri.
Tenggorokanku terasa begitu kering. Aku keluar kamar bermaksud untuk mencari minuman untuk melepaskan dahagaku. Aku menuju lemari es besar yang berada di dapur apartemen mewah itu. Aku hendak meraih sebotol besar air mineral ketika aku melihat ada beberapa krat bir disebelahnya dan aku memutuskan untuk mengambil bir itu saja.
“Ini mungkin bisa membuatku tidur lebih nyenyak.” Pikirku
Aku mengeluarkan beberapa kaleng dan meminumnya. 1 kaleng, 2 kaleng, 3 kaleng, semua kesedihan dan kenangan pahit dimasa laluku justru semakin membanjir masuk dan membuatku merana. Semakin deras air mataku mengalir, semakin banyak kaleng bir yang aku minum. Aku tidak tahu lagi berapa jumlah yang kuminum. Saat aku merasa tubuhku mulai ringan dan otakku tenang, aku memutuskan kembali ke kamar untuk beristirahat.
“Aku harus melupakannya..” Aku meyakinkan diriku sendiri. “Aku akan menemukan yang lebih baik darinya..” Kataku disela-sela sedakkan ku.
Aku membuka pintu kamar, dan melihat ranjang besar dihadapanku lalu segera merebahkan tubuhku disana. Ahh..nyamannya..

Siwon POV
Aku berbaring dengan mata terpejam dalam gelap. Aku tidak bisa tidur hingga selarut ini dan terus bergerak-gerak gelisah diranjangku yang sebenarnya sangat nyaman.
“Apa ia tidur dengan nyenyak?” Tanyaku pada diri sendiri, memikirkan Yoona membuatku gelisah.
“Aishhh!” Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku. “Kenapa panas begini..” Aku merasa tubuhku memnas, mungkin karena terlalu banyak bir yang kuminum.
Aku bangkit dari tidurku dan membuka tshirtku supaya tubuhku lebih dingin, lalu aku beranjak menuju kamar mandi dalam kamarku untuk menyegarkan diri. Aku menatap wajahku yang sangat merah didepan cermin, lalu menertawai kebodohanku sendiri.
“Ya Choi Siwon.. sudah berapa lama sejak kau terakhir kali bertingkah aneh begini hanya karena seorang yeoja?” Aku bertanya pada bayangan diriku di cermin.
Aku kembali membasahi wajahku dengan air dingin. Setelah benar-benar merasa segar, aku kembali menuju tempat tidurku lagi. Aku melempar tubuhku berbaring telentang diranjangku sendiri dengan kedua tanganku terentang kesamping. Dan..
Aku merasakan tangan kiriku menyentuh sesuatu, lembut dan hangat. Bukan sesuatu yang seharusnya berada di tempat tidurku karena memang seharusnya tidak ada apapun disana. Aku menoleh dalam gelap dan berusaha melihat dalam keremangan cahaya. Betapa terkejutnya aku saat melihat seorang yeoja terbaring menyamping disana dalam keadaan rambut berantakan dan nafas terengah. Tercium bau bir menguar kuat dari bibirnya.
“Yoona-ssi?” Perlahan aku menghampirinya, aku bisa mengenali wajahnya dengan jelas dalam gelap sekalipun. Wajah itu sudah terlalu sering muncul dalam pikiranku seminggu belakangan ini. Aku menyibakkan rambut panjang yang menutupi wajahnya, dan saat kulakukan itu tangannya bergerak menyibakkan rambutnya sediri memaksaku menarik kembali tanganku. Kini ia berbaring telentang, masih tertidur pulas.
“Yoona-ssi.. apa yang kau lakukan disini?” Tanyaku yang sudah pasti tidak akan mendapatkan jawaban dari seseorang yang tertidur pulas ditambah lagi sepertinya ia mabuk.
Aku memutuskan untuk menggendongnya saja dan mengembalikannya ke kamar tamu, namun saat itu juga ia bicara.
“Jangan tinggalkan aku oppa..” Ia berkata dalam tidurnya
“Aku ingin bersamamu.. jebal..” Ia memohon.
Aku tidak tau dengan siapa ia bicara, tapi aku benar-benar tidak tega meninggalkannya, kembali kubaringkan ia di tempat tidurku dan menyelimuti tubuhnya yang hanya berbalut pakaian tipis. Aku duduk disebelahnya, terus memandanginya.
Kulihat air mata terbentuk disudut matanya, dan menetes.
“Apa yang ada dalam pikirannya?” aku membatin. Aku benar-benar tidak ingin melihat wajah sedihnya, tanpa kuinginkan hatiku sendiri terasa sakit saat melihatnya seperti ini. Aku ingin sekali melindunginya.
Bibir mungilna bergerak-gerak membentuk gumaman tidak jelas. Mau tidak mau aku tergoda untuk menyentuhnya. Aku ingin menciumnya, aku ingin membuatnya tenang. Perlahan aku mendekatkan wajahku ke wajah cantiknya dan kutempelkan bibirku di bibirnya perlahan. Aku mempertahankan posisi itu beberapa detik dan berniat melepaskannya setelah itu. Namun tiba-tiba aku merasakan lengannya mengalung dileherku dan ia membalas ciumanku.
Aku terdiam merasakan bibirnya mengulum bibirku. Aku tidak ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tapi aku benar-benar ingin memilikinya.
“Apa kau tidak mencintaiku oppa?” Tanyanya masih terus menyerang bibirku dan berlanjut ke leherku. Aku melepaskannya lalu naik ke atas tubuhnya.
“Mollaseoyo..” Jawabku jujur walaupun aku tau ia tidak sedang bicara denganku.
Aku menyambar bibirnya kali ini dengan ciuman ganas, ia membalasku tidak kalah bernafsu. Lidahku menerobos masuk pertahanannya dan menjelajahi setiap inci rongga mulutnya. Nafas kami tidak teratur dan terengah saat kami terus menaikkan tempo ciuman kami. Aku melepaskan bibirnya dan menjalari lehernya sementara tanganku membimbingnya duduk dan mengusap punggungnya perlahan. Kami benar-benar terbawa suasana ditambah lagi dengan banyaknya jumlah bir yang sudah kami minum. Kami hanya mengikuti hasrat kami masing-masing tanpa menyadari apa yang kami perbuat.
Tangannya mulai menjalar turun dari leherku dan menjamah punggungku dengan belaian lembut, aku mendekapnya semakin erat dan selanjutnya, aku berserah pada hasratku.. dan …. terjadilah..
Aku jatuh lemas disebelahnya. Jantung kami berdegup tak karuan, nafas kami tersengal-sengal. Aku membelai rambutnya yang basah oleh keringat, matanya terpejam. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua dan memeluknya. Kukecup keningnya lebut, dan mataku pun terpejam.

Yoona POV
Aku merasakan sinar mentari masuk melalui jendela dan menyilaukan mataku. Butuh beberapa detik bagiku untuk menyadari ada yang aneh dengan diriku. Aku merasa ada yang janggal dengan tubuhku, dibagian bawah sana, perih sekali.
Aku menoleh kesebelahku dan mendapati seorang namja berbaring disana. Mataku membelalak. Aku memberanikan diri mengintip kedalam selimut yang melindungi tubuhku dan kulihat tubuhku.
Aku menoleh sekali lagi ke arah namja itu dan baru kusadari siapa dia. Choi Siwon.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!” Aku menjerit sejadi-jadinya.
Siwon POV
Aku membuka mataku dengan malas, ahh tubuhku lelah sekali. Tapi kenapa yeoja ini harus membangunkanku dengan teriakannya yang mengerikan.
Aku mengedipkan mataku perlahan, berusaha memperjelas pandanganku yang masih kabur. Kulihat dirinya duduk tidak jauh dariku, ia melilitkan tubuhnya dengan bedcover tebalku dan membiarkan aku terbaring telanjang tanpa balutan apapun.
“Ouchh.. dingin sekali..” AKu meringkuk lalu menarik seprai ku yang sudah sangat berantakan dan melilitkannya ditubuhku yang polos.
“YA! KAU!! KAU!!” jeritnya histeris
“Good morning baby..” Sapaku santai lalu hendak memejamkan lagi mataku. “Aku masih ngantuk..”
“BANGUN KAU! BRENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU HAH!!!!” Jeritnya yang kini sudah berada tepat diatas kepalaku.
Sepertinya dia terlalu bersemangat untuk memarahiku karena ia langsung berdiri dan meninggalkan bedcover yang membungkusnya tadi . Aku berkedip dan memberikan kerlingan nakalku.
“Kau.. ingin lagi?” Aku tersenyum
“MWO!”
Aku menyibakkan poniku kebelakang lalu mengerling ke arah tubuhnya dan..
BUKK!
Tinju kecil yang cukup keras mendarat tepat dimata kiriku.
“Arghh..” Aku mengerang. Sakit juga.. dengan pandangan sebelah mata yang kabur aku melihat dia beranjak turun dari ranjangku, kembali membungkus tubuhnya dengan bedcover ku sementara menyibukkan diri mengumpulkan kembali sisa-sisa pakaiannya yang berserakan di lantai.

Yoona POV
Aku berangkat kuliah dengan langkah gontai, kemarin aku bolos tentu saja. Selain memang karena aku tidak enak badan, emosiku sedang meledak-ledak setengah mati. Daripada kulampiaskan kemarahanku pada orang-orang yang tidak bersalah aku memutuskan mengurung diri dikamar seharian. Tapi aku tidak bisa menghindari hidup terus menerus. Mau tidak mau aku harus tetap menjalaninya.
Aku membuka lokerku untuk mengambil buku pelajaran pertama pagi ini dan melihat wajahku dicermin yang tergantung didalam lokerku. Ada noda merah disekeliling leherku.
“BRENGSEK!” Aku mengumpat dan membanting pintu loker menutup keras-keras.
Orang-orang menatapku bingung, dengan gugup aku menangguk untuk minta maaf pada mereka, lalu menutupi bercak sialan itu dengan rambut panjangku.

Bagus sekali, aku sudah bersusah-susah datang kuliah dan sampai pelajaran ke tiga hari ini dosennya tidak datang semua? Astaga! Apa ini kutukan bagiku?
BRUK!
Aku menutup buku novel yang sedang kubaca tanpa konsentrasi dengan kencang, dan lagi-lagi semua orang menatapku seperti orang aneh.
“Ahgessi, bisakah kau tenang sedikit? Ini diperpustakaan.” Tegur penjaga perpustakaan
“Ah, jeosonghabnika..” Aku menundukkan kepala menyesal.

“Sial! Hidupku benar-benar dirusak olehnya!” Aku mengumpat “Apa sih yang ada dalam otak udang nya itu! berani-beraninya dia menyentuhku!”
Aku mengusap kedua tanganku dengan kesal. Bayang-bayang kejadian malam itu yang sama sekali tidak kuingat semakin lama semakin jelas terlihat, “kenapa justru sekarang aku mengingatnya? Apakah itu menyenangkan?” batinku
“AH TIDAK MUNGKIN! Jangan bodoh kau Im Yoon Ah!” bentakku sambil memukul kepalaku sendiri, lalu berjalan dengan cepat. Aku sudah terlambat pergi ke sekolah TK untuk mengajar.

“Annyeonghaseyo.. seonssangnim!” Sapa murid-murid dengan riang
“Annyeong yorobun..” Jawabku tersenyum. Tanpa kusadari mataku memerhatikan sekeliling dan melihat ketidakhadiran Yoogeun hari ini. Aku menghela nafas.
“Daras appa macam apa, tidak becus mengurus anak” Gerutuku dalam hati “Pasti sibuk main wanita! Dasar Playboy!”
“OMONA! Apa yang kupikirkan? Apa peduliku? Dia kan bukan siapa-siapa..aahhh..” Batinku kalut, aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha menghilangkan pikiran konyol itu.

Aku duduk sendirian di taman, sebelah kaki ku menghentak ke tanah untuk menggerakkan ayunan yang kududuki. Aku menatap layar ponsel ku bimbang.
“Siwon-ssi, ada apa dengan Yoogeun? Mengapa tidak masuk sekolah hari ini?”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar